Cara Fertigasi
Fertigasi adalah teknik aplikasi unsur hara melalui sistem irigasi. Fertigasi sendiri merupakan singkatan dari fertilisasi (pemupukan) dan irigasi. Ada minimum 16 unsur yang dibutuhkan tanaman dalam pertumbuhannya. Karbon, hidrogen dan oksigen dapat diperoleh secara gratis dari lingkungan, namun sisanya harus diberikan dari luar. Unsur hara yang diberikan melalui sistem fertigasi adalah nitrogen, phosphorus, kalium, sulfur, zinc (seng) dan zat besi.
Dengan teknik fertigasi biaya tenaga kerja untuk pemupukan dapat dikurangi, karena pupuk diberikan bersamaan dengan penyiraman. Keuntungan lain adalah peningkatan efisiensi penggunaan unsur hara karena pupuk diberikan dalam jumlah sedikit tetapi kontinyu; serta mengurangi kehilangan unsur hara (khususnya nitrogen) akibat ‘leaching’ atau pencucian dan denitrifikasi (kehilangan nitrogen akibat perubahan menjadi gas).
Pertanian Fertigasi Cabe
Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan fertigasi:
1. Unsur hara yang tidak dapat diserap oleh tanah, yaitu dalam bentuk anion-dan larut dalam air adalah yang terbaik untuk fertigasi dengan sprinkler.
Dengan demikian beberapa unsur mikro seperti zinc (Zn), besi (Fe) dan tembaga (Cu) harus diberikan dalam bentuk kelat (chelated), yaitu ZnEDTA, FeEDDHA, CuDTPA. Unsur P, K, dan unsur2 mikro lain dapat larus dalam air, namun unsur-unsur ini sifat mobilitasnya rendah sehingga cenderung terakumulasi pada permukaan tanah sehingga tidak terdistribusi dengan baik ke daerah perakaran tanaman.
2. Ammonia tidak disarankan untuk fertigasi dengan sistem sprinkler walau pun amonia larut dalam air.
Hal ini antara lain disebabkan amonia dalam air akan meningkatkan pH air, yang selanjutnya berakibat terjadinya presipitasi (pengendapan) calsium dan magnesium karbonat yang bisa dilihat dari terbentuknya deposit putih padat pada pipa-pipa irigasi.
Masalah lain adalah, penggunaan amonia mengakibatkan kehilangan dari sebagian nitrogen melalui penguapan (volatilisasi). Proses ini bisa terjadi dengan cepat saat air irigasi yang mengandung amonia keluar dari sprinkler hingga mencapai permukaan tanah. Jadi saat air menguap, amonia ikut hilang ke atmosfer.
Penggunaan kombinasi urea dan amonium nitrat (UAN) merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan efisiensi penggunaan nitrogen.
3. Aplikasi P dalam air irigasi dapat mengakibatkan terjadinya pengendapan/presipitasi, sehingga aplikasi P dalam fertigasi tidak selalu dilakukan.
Beberapa masalah dalam aplikasi P dalam fertigasi antara lain adalah (1) terjadinya pengendapan bila air yang digunakan mengandung banyak calsium dan magnesium. (2) Unsur P sangat diperlukan pada awal pertumbuhan tanaman sementara P yang diberikan melalui air irigasi cenderung tinggal di permukaan tanah dan tidak mencapai daerah perakaran. Karena masalah-masalah ini unsur P kadang-kadang tidak diberikan bersamaan dengan air irigasi, tetapi diberikan dalam bentuk padatan dan dibenamkan ke dalam media tumbuh tanaman.
4. Aplikasi Kalium dan Sulfur
Aplikasi kalium biasanya dilakukan dalam jumlah kecil pada setiap irigasi. Penggunaan N dalam bentuk KNO3 sekaligus mensuplai N dan K.
Aplikasi sulfur lebih umum daripada aplikasi kalium, biasanya menggunakan amonium tiosulfat (12% N, 26 % S) atau larutan amonium sulfat. Keduanya sudah mengandung nitrogen, namun dengan mudah dapat digabung dengan larutan N. Tanah berpasir dengan kandungan bahan organik rendah disinyalir seringkali mengalami defisiensi sulfur.
5. Monitoring tingkat garam terlarut dan pH media secara kontinyu
Monitoring yang kontinyu terhadap kandungan garam terlarut dan pH media sangat diperlukan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengambil sampel leachates (air pencucian) yang keluar dari pot. Paling baik tentunya bila petani memiliki sendiri pH meter dan conductivity meter, namun bila tidak pengukuran dapat dilakukan dengan mengirim sample ke lab tanah terdekat untuk dianalisis secara rutin. Dengan cara ini informasi mengenai berapa tingkat hara tanaman secara teratur dapat diperoleh dan cepat dikoreksi bila ada kelebihan atau kekurangan. Tabel di bawah ini dapat menjadi gambaran tentang tingkat hara yang optimum bagi air irigasi, leachate dan analisis daun tanaman.
1. Unsur hara yang tidak dapat diserap oleh tanah, yaitu dalam bentuk anion-dan larut dalam air adalah yang terbaik untuk fertigasi dengan sprinkler.
Dengan demikian beberapa unsur mikro seperti zinc (Zn), besi (Fe) dan tembaga (Cu) harus diberikan dalam bentuk kelat (chelated), yaitu ZnEDTA, FeEDDHA, CuDTPA. Unsur P, K, dan unsur2 mikro lain dapat larus dalam air, namun unsur-unsur ini sifat mobilitasnya rendah sehingga cenderung terakumulasi pada permukaan tanah sehingga tidak terdistribusi dengan baik ke daerah perakaran tanaman.
2. Ammonia tidak disarankan untuk fertigasi dengan sistem sprinkler walau pun amonia larut dalam air.
Hal ini antara lain disebabkan amonia dalam air akan meningkatkan pH air, yang selanjutnya berakibat terjadinya presipitasi (pengendapan) calsium dan magnesium karbonat yang bisa dilihat dari terbentuknya deposit putih padat pada pipa-pipa irigasi.
Masalah lain adalah, penggunaan amonia mengakibatkan kehilangan dari sebagian nitrogen melalui penguapan (volatilisasi). Proses ini bisa terjadi dengan cepat saat air irigasi yang mengandung amonia keluar dari sprinkler hingga mencapai permukaan tanah. Jadi saat air menguap, amonia ikut hilang ke atmosfer.
Penggunaan kombinasi urea dan amonium nitrat (UAN) merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan efisiensi penggunaan nitrogen.
3. Aplikasi P dalam air irigasi dapat mengakibatkan terjadinya pengendapan/presipitasi, sehingga aplikasi P dalam fertigasi tidak selalu dilakukan.
Beberapa masalah dalam aplikasi P dalam fertigasi antara lain adalah (1) terjadinya pengendapan bila air yang digunakan mengandung banyak calsium dan magnesium. (2) Unsur P sangat diperlukan pada awal pertumbuhan tanaman sementara P yang diberikan melalui air irigasi cenderung tinggal di permukaan tanah dan tidak mencapai daerah perakaran. Karena masalah-masalah ini unsur P kadang-kadang tidak diberikan bersamaan dengan air irigasi, tetapi diberikan dalam bentuk padatan dan dibenamkan ke dalam media tumbuh tanaman.
4. Aplikasi Kalium dan Sulfur
Aplikasi kalium biasanya dilakukan dalam jumlah kecil pada setiap irigasi. Penggunaan N dalam bentuk KNO3 sekaligus mensuplai N dan K.
Aplikasi sulfur lebih umum daripada aplikasi kalium, biasanya menggunakan amonium tiosulfat (12% N, 26 % S) atau larutan amonium sulfat. Keduanya sudah mengandung nitrogen, namun dengan mudah dapat digabung dengan larutan N. Tanah berpasir dengan kandungan bahan organik rendah disinyalir seringkali mengalami defisiensi sulfur.
5. Monitoring tingkat garam terlarut dan pH media secara kontinyu
Monitoring yang kontinyu terhadap kandungan garam terlarut dan pH media sangat diperlukan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengambil sampel leachates (air pencucian) yang keluar dari pot. Paling baik tentunya bila petani memiliki sendiri pH meter dan conductivity meter, namun bila tidak pengukuran dapat dilakukan dengan mengirim sample ke lab tanah terdekat untuk dianalisis secara rutin. Dengan cara ini informasi mengenai berapa tingkat hara tanaman secara teratur dapat diperoleh dan cepat dikoreksi bila ada kelebihan atau kekurangan. Tabel di bawah ini dapat menjadi gambaran tentang tingkat hara yang optimum bagi air irigasi, leachate dan analisis daun tanaman.
Grab The Bookmarketer For Your Site