Grab The Bookmarketer For Your Site
Sabtu, 30 Juli 2011
Bertani di Lahan Sempit
Grab The Bookmarketer For Your Site
Jumat, 29 Juli 2011
Sektor Pertanian Tomat
Saat ini luasan tanaman tomat secara nasional berkisar 30.000 hingga 50.000 hektare per tahun. Permintaan tomat terus meningkat karena selain dijual di pasar tradisional, buah tomat juga dijual di super market, mal-mal, maupun dijual langsung ke hotel dan restoran. Melihat kondisi itulah, selera pasar akhirnya disesuaikan dengan peruntukan buah tomat itu. Untuk mendapatkan buah tomat sesuai selera pasar, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Departemen Pertanian melalui Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) terus melakukan penelitian dengan cara menyilangkan varietas induk dengan varietas lainnya. Dari situlah diharapkan bisa dihasilkan tomat hibrida yang bisa diterima pasar dengan baik. Saat ini para petani masih banyak yang mengembangkan tanaman tomat tanpa menggunakan bibit yang baik.
Mereka biasanya langsung mengambil biji tomat dari kebunnya kemudian menyemaikannya. Akibatnya produktivitasnya menjadi rendah. Seperti untuk dataran tinggi produktivitasnya berkisar 10 hingga 15 ton.
Grab The Bookmarketer For Your Site
Rabu, 27 Juli 2011
Sumberdaya Lahan Pertanian
Penelitian pencemaran tanah, air dan tanaman, serta emisi gas rumah kaca dari pertanian., Penelitian teknologi pengelolaan pengendalian lingkungan pertanian dan remediasi pencemaran. Penelitian komponen teknologi budidaya pertanian ramah lingkungan. Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi serta penyebaran dan pendayagunaan hasil peneltian pencemaran lingkungan dan penanggulangannya di lahan pertanian. Pemberian pelayanan teknik kegiatan penelitian pencemaran lingkungan dan penanggulangannya di lahan pertanian. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai.
Grab The Bookmarketer For Your Site
Rasio Lahan Pertanian
Pemahaman terhadap kondisi fisik wilayah, kelestarian sumber daya alam, peningkatan kapasitas sumber daya manusia dengan dukungan sumber daya buatan, serta pemahaman terhadap eksternalitas suatu wilayah, menjadi kunci keberhasilan perencanaan pembangunan. Hal ini mengindikasikan pentingnya merencanakan pembangunan melalui perspektif yang lebih luas dan tidak sekedar administratif parsial atau sektoral saja. Untuk itu pendekatan kewilayahan atau spasial dalam pelaksanaan penataan ruang, memegang peranan yang vital dalam perencanaan pembangunan.
Analisis daya dukung (carrying capacity ratio) merupakan suatu alat perencanaan pembangunan yang memberikan gambaran hubungan antara penduduk, penggunaan lahan dan lingkungan. Dari semua hal tersebut, analisis daya dukung dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam menilai tingkat kemampuan lahan dalam mendukung segala aktifitas manusia yang ada di wilayah yang bersangkutan.
Informasi yang diperoleh dari hasil analisis daya dukung secara umum akan menyangkut masalah kemampuan (daya dukung) yang dimiliki oleh suatu daerah dalam mendukung proses pembangunan dan pengembangan daerah itu, dengan melihat perbandingan antara jumlah lahan yang dimiliki dan jumlah penduduk yang ada. Produktivitas lahan, komposisi penggunaan lahan, permintaan per kapita, dan harga produk agrikultur, semua dipertimbangkan untuk mempengaruhi daya dukung dan digunakan sebagai parameter masukan model tersebut.
Konsep yang digunakan untuk memahami ambang batas kritis daya-dukung ini adalah adanya asumsi bahwa ada suatu jumlah populasi yang terbatas yang dapat didukung tanpa menurunkan derajat lingkungan yang alami sehingga ekosistem dapat terpelihara. Secara khusus, kemampuan daya dukung pada sector pertanian diperoleh dari perbandingan antara lahan yang tersedia dan jumlah petani. Sehingga data yang perlu diketahui adalah data luas lahan rata-rata yang dibutuhkan per keluarga, potensi lahan yang tersedia dan penggunaan lahan untuk kegiatan non pertanian.

Grab The Bookmarketer For Your Site
Minggu, 24 Juli 2011
Alternatif Produk Pertanian
Sungguh ironis memang, disatu sisi jerami dan sekam melimpah hanya dianggap sebagai sisa yang memang harus dibakar. Sementara pupuk kimia semakin melambung tinggi saja, sementara petani mengeluhkan terjadinya kelangkaan dan mahalnya pupuk kimia. Dampaknya, jumlah dan jenis pupuk yang dapat mereka usahakan semakin terbatas serta waktu pemberian pupuk yang sering terlambat dapat berpengaruh terhadap produksi. Di samping itu, penurunan produktivitas lahan sawah yang marak di Indonesia dimungkinkan terjadi karena kejenuhan tanah akibat penggunaan pupuk anorganik dalam jangka waktu yang relative lama.
Peningkatan produktivitas lahan secara berkelanjutan diperlukan terobosan yang mengarah pada efisiensi usaha tani dengan memanfaatkan sumber daya local yang ada selain itu juga diperlukan adanya pelestarian lingkungan produksi termasuk mempertahankan kandungan bahan organic tanah dengan memanfaatkan jerami padi atau limbah pertanian lainnya ataukah pemanfaatan sampah kota.
Dengan demikian dapat dilihat betapa banyak manfaat jerami dan sekam jika dimanfaatkan sebagai pupuk kompos. Namun, realita di lapangan menyatakan betapa kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat khususnya petani akan potensi tersebut. Ketidaksadaran akan kecenderungan penggunaan pupuk anorganik yang dianggap lebih efisien dan mudah didapat di mana saja akan memperosokkan kita lebih jauh ke dalam jurang permasalahan pertanian yang tidak terkira. Karena bagaimana pun juga penggunaan pupuk anorganik dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan kerusakan tanah yang merupakan media paling lengkap tempat hidup tumbuhan sebagai satu-satunya produsen di muka bumi ini. Oleh karena itu, sangatlah penting merubah paradigma berpikir masyarakat kita bahwa penggunaan sesuatu yang instant dalam jangka panjang tidak selalu baik. Demikian juga dengan penggunaan pupuk anorganik.
Harus ada pengganti atau substitusi dari pupuk kimia/anorganik dan jawaban yang tepat adalah pupuk kompos. Selain beberapa keunggulan yang telah disebutkan di atas, cara membuat pupuk ini sangatlah mudah, apalagi bahan bakunya merupakan limbah padi yang sangat melimpah saat pasca panen. Lalu keuntungan besar apalagi yang harus dicari jika kita dapat mengubah sampah (jerami) menjadi emas (kompos)?. Kesadaran inilah yang harus ditanamkan pada seluruh masyarakat khususnya petani di negeri (Indonesia) super agraris ini.
Grab The Bookmarketer For Your Site